Keunggulan Membeli File Download di sebacaindonesia.com
- Gambar orisinal, bukan rekayasa AI
- Gambar legal karya Kak Nurul Ihsan dan tim
- Gambar lebih jelas dan tidak buram
- Gambar berkualitas 300 dpi
- Gambar tanpa watermark
- Lebih berkah dan bermanfaat ilmunya
- Lebih mudah dan praktis
- Printable sesuai kebutuhan
- Akses selamanya
Informasi Tambahan:
- Baca keterangan produk dengan teliti sebelum membeli serta jangan sungkan untuk bertanya kepada admin agar tidak keliru dalam proses pembeliannya.
- Membeli berarti setuju dengan syarat dan ketentuan kami.
- Semua produk digital yang dibeli hanya untuk koleksi atau kebutuhan sendiri/keluarga, tidak diperjualbelikan atau dishare kembali ke publik, terkecuali melakukan perjanjian khusus lisensi dengan pihak Penerbit Yayasan Sebaca Indonesia. WA 08156148165. email: cbmagency25@gmail.com
Kesedihan Orangtua Ibrahim Memikirkan Bayinya di dalam Gua
- Naskah & Desain: Kak Nurul Ihsan
- Ilustrasi: Dini Tresnadewi & Aep Saepudin
- QS. Al-An’am: 74-79
Orangtua Ibrahim tidak mau melihat bayinya dibunuh.
Oleh karena itu, terpaksa mereka membuangnya ke dalam gua.
Semenjak itu, ibunda Ibrahim selalu memikirkan bayi laki-lakinya.
Azar, suaminya selalu berusaha menghibur istrinya.
“Mengapa wajahmu selalu murung?” tanya Azar begitu melihat istrinya merenung di dalam rumah.
“Aku teringat bayi kita, Ibrahim.”
“Jangan engkau cemaskan bayi kita. Lebih baik nasibnya seperti itu daripada kita melihatnya dibunuh tentara Raja Namruz.”
“Bagaimana kalau kita kembali ke dalam hutan untuk melihat keadaan bayi kita, Pak?” tanya ibunda Ibrahim.
“Percuma saja, tentu saja bayi kita sudah meninggal. Jangan membuat dirimu semakin menderita, istriku.”
“Tapi… aku merasa bayi kita masih hidup, Pak!” seru ibunda Ibrahim.
“Tidak mungkin, tentunya bayi kita sudah meninggal karena kelaparan atau dimakan binatang buas.”
Mendengar perkataan suaminya, ibunda Ibrahim menangis tersedu-sedu.
Dia membayangkan bayinya dimakan binatang buas.
Namun, nalurinya mengatakan Ibrahim masih hidup.
“Kita harus kembali ke dalam hutan,” ucapnya kemudian.
Matanya membulat menunjukkan tekad yang kuat.
Akhirnya, Azar mengikuti keinginannya karena tidak tega
melihat kesedihan istrinya. Keesokan harinya, mereka berangkat pagi-pagi sekali menuju hutan. ***
Ulasan
Belum ada ulasan.