Keunggulan Membeli File Download di sebacaindonesia.com
- Gambar orisinal, bukan rekayasa AI
- Gambar legal karya Kak Nurul Ihsan dan tim
- Gambar lebih jelas dan tidak buram
- Gambar berkualitas 300 dpi
- Gambar tanpa watermark
- Lebih berkah dan bermanfaat ilmunya
- Lebih mudah dan praktis
- Printable sesuai kebutuhan
- Akses selamanya
Informasi Tambahan:
- Baca keterangan produk dengan teliti sebelum membeli serta jangan sungkan untuk bertanya kepada admin agar tidak keliru dalam proses pembeliannya.
- Membeli berarti setuju dengan syarat dan ketentuan kami.
- Semua produk digital yang dibeli hanya untuk koleksi atau kebutuhan sendiri/keluarga, tidak diperjualbelikan atau dishare kembali ke publik, terkecuali melakukan perjanjian khusus lisensi dengan pihak Penerbit Yayasan Sebaca Indonesia. WA 08156148165. email: cbmagency25@gmail.com
Kegelisahan Nabi Ibrahim Ketika Mencari Tuhannya
- Naskah & Desain: Kak Nurul Ihsan
- Ilustrasi: Dini Tresnadewi & Aep Saepudin
- QS. Al-An’am: 74-79
Ibrahim tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang cerdas.
Sewaktu dia mulai besar dan sudah mengerti sesuatu, dia bertanya kepada orangtuanya, ”Hai Ibu, Bapak, siapakah yang menjadikan aku?”
Orangtuanya menjawab, “Yang menjadikan engkau adalah kami karena engkau lahir ke dunia ini sebab kami.”
“Lalu, siapa yang menjadikan kalian?” tanya Ibrahim.
“Tentu saja kakek dan nenekmu, karena kami lahir disebabkan oleh mereka,” jawab ayahnya.
“Lalu, siapakah yang pertama-tama menjadikan kita semua?” tanyanya lagi.
Orangtuanya tidak dapat menjawabnya karena mereka tidak mengenal Allah sebagai Sang Pencipta alam semesta.
Ibrahim selalu menanyakan siapakah yang menciptakan alam semesta ini.
Namun, tidak seorang pun yang dapat menunjukkan dan mengajarkan kebenaran kepadanya.
Pada malam hari, Ibrahim sering melihat bintang-bintang, lalu dia berkata, “Inikah Tuhanku?”
Kemudian, dia melihat bintangnya menghilang di balik awan hitam.
Lalu, dia berkata lagi, “Aku tidak akan bertuhan kepada sesuatu yang dapat menghilang.”
Sesudah itu, dia melihat bulan purnama yang bersinar cemerlang. “Inikah Tuhanku?”
Namun, beberapa saat kemudian, bulan purnama itu lenyap. “Kalau Tuhanku tidak memberiku petunjuk, tentu aku menjadi sesat.”
Pada waktu siang, Ibrahim melihat matahari yang lebih besar dan lebih bercahaya dibandingkan dengan semua yang pernah dia lihat sebelumnya.
“Oh, inilah Tuhanku yang sebenarnya, inilah yang paling besar.”
Namun, pada waktu malam matahari itu terbenam.
Dia pun berkata, “Aku tidak akan bertuhan kepada matahari yang dapat terbenam.”
“Aku hanya akan bertuhan kepada yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas. Aku tidak akan pernah mempersekutukan-Nya.” ***
Ulasan
Belum ada ulasan.